Lagi-lagi kebohongan Malaysia membuat geram Indonesia setelah tarian Pendet dari Bali jadi iklan sponsor pariwisata Malaysia yang sekarang telah dicabut penayangannya di discoverychanelasia.com.
Malaysia tidak mengakui bahwa penayangan iklan sponsor tersebut bukan dari pihak pemerintah melainkan pihak swasta. Meskipun demikian Indonesia menuding bahwa Malaysia telah mengklaim tarian Pendet tersebut jadi milik Malaysia.
Jeroan watjik memberikan ketegasan kepada pemerintah Malaysia untuk mengklarifikasi apa yang telah diperbuat pada tarian Pendet, tindakan Jeroan watjik ini akankah menjadi bahan untuk Malaysia agar mengusut secara tuntas.
Ketika budayawan Riau, Ashar menjelaskan bahwa kultur Hindu tidak ada dalam kultur Melayu, Jadi maksudnya adalah bahwa budaya Hindu yang dibawa oleh orang Bali yang berkembang dari tahun 50-an tak satupun mentransformasikan budaya Hindu ke wilayah Melayu.
Kultur Melayu memang sangat jauh berbeda dari kultur Hindu Bali. Menilik kebelakang kultur Bali pada waktu zaman kerajaan Mataram Majapahit di Jawa terjadi transformasi disini dan sejarah Indonesia pun telah mencatatnya.
Dan tarian Pendet itu sendiri adalah karya budaya orang Bali, ketika dalam transformasi budaya Bali itulah perkembangannya menjadi ikon Indonesia terutama bidang pariwisata.
Karya cipta orang Bali sendiri ketika prospek pariwisata tumbuh pesat disitu dengan tujuan untuk penghormatan para tamu ketika menginjakkan di tanah Bali.
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.
Tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan dan perlengkapan sesajen lainnya.
Malaysia tidak mengakui bahwa penayangan iklan sponsor tersebut bukan dari pihak pemerintah melainkan pihak swasta. Meskipun demikian Indonesia menuding bahwa Malaysia telah mengklaim tarian Pendet tersebut jadi milik Malaysia.
Jeroan watjik memberikan ketegasan kepada pemerintah Malaysia untuk mengklarifikasi apa yang telah diperbuat pada tarian Pendet, tindakan Jeroan watjik ini akankah menjadi bahan untuk Malaysia agar mengusut secara tuntas.
Ketika budayawan Riau, Ashar menjelaskan bahwa kultur Hindu tidak ada dalam kultur Melayu, Jadi maksudnya adalah bahwa budaya Hindu yang dibawa oleh orang Bali yang berkembang dari tahun 50-an tak satupun mentransformasikan budaya Hindu ke wilayah Melayu.
Kultur Melayu memang sangat jauh berbeda dari kultur Hindu Bali. Menilik kebelakang kultur Bali pada waktu zaman kerajaan Mataram Majapahit di Jawa terjadi transformasi disini dan sejarah Indonesia pun telah mencatatnya.
Dan tarian Pendet itu sendiri adalah karya budaya orang Bali, ketika dalam transformasi budaya Bali itulah perkembangannya menjadi ikon Indonesia terutama bidang pariwisata.
Karya cipta orang Bali sendiri ketika prospek pariwisata tumbuh pesat disitu dengan tujuan untuk penghormatan para tamu ketika menginjakkan di tanah Bali.
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.
Tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan dan perlengkapan sesajen lainnya.